Rabu, 18 Juli 2012

Hidup itu sudah digariskan


Terdengar suara ayam berkokok, hewan peliharaan Ayahnya yang membangunkan Muhammad Toyib Nur Rizki dari tidurnya. Toyib, begitu panggilan akrabnya di lingkungan rumahnya. Toyib adalah anak tunggal dari Tukang Bengkel (Ayah) dan Penjual sayur (Ibu). Toyib adalah anak yang selalu mendapatkan prestasi. Di SD, Dia selalu menjadi peringkat 1 di kelasnya dan mendapatkan beasiswa di SMP selama 3 tahun. Di SMP, Dia juga selalu menjadi juara kelas dan Dia pun sempat menjadi peserta OSN (Olimpiade Sains Nasional) bidang Matematika tingkat nasional. Melalui beberapa juara dalam bidang akademik yang lain, Dia akhirnya bisa mendapatkan  beasiswa lagi selama 3 tahun di SMA.

          Toyib memang adalah seorang anak yang cerdas, ramah dan juga selalu membantu orang tuanya. Toyib sangat beruntung karena dengan beberapa beasiswa yang selalu diterimanya tersebut Dia akhirnya tidak menyulitkan orang tuanya. Oleh karena beasiswanya tersebut lah, semua keperluan tentang sekolah ditanggung oleh beasiswanya tersebut. Mulai dari biaya sekolah sampai penyedian kelengkapan sekolah ditanggung oleh beasiswanya tersebut. Toyib adalah siswa dari SMA Negeri 1 Banjarmasin yang mayoritas siswanya adalah anak orang-orang yang berduit. Untungnya, Dia tidak pernah merasa minder.

          Pernah di suatu ketika, Dia dicaci maki oleh temannya saat dikelas X karena menumpahkan bakso temannya saat di kantin.

“Eh kau, anak tukang sayur, ngapain lu sekolah disini. Disini itu ya, sekolahnya orang orang kaya, kayak Aku nih haha. Kalo lu itu gak pantes sekolah disini.” Kata Erwin
“Iya, lu itu gak pantes. Kita ceburin aja Dia di lubang wc” tambah Rendy
“Jangan jangan win, ren. Ampun. Aku tadi gak sengaja” pinta Toyib
”Ah omong lu” jawab Erwin

Karena ketidaksengajaannya menumpahkan makanan Erwin saat di kantin itu sempat menjadikan Dia putus asa di sekolah tersebut dan ingin pindah sekolah.

“Kamu itu jangan begitu dong Toyib, anakku. Kamu tau, ‘kan kita itu kurang memiliki uang untuk bisa pindah sekolah, lagipula cuma sekolahmu yang sekarang itu aja yang mau memberikan beasiswa kepadamu yib” kata Ibunya
“Iya nak, Kamu itu mesti mengerti tentang keadaan kita yang sekarang ya nak, masa gara-gara tidak sengaja aja Kamu langsung minder. Kita itu mesti paham ya nak” tambah Ayahnya
“Iya yah, bu. Maafkan Toyib. Gak akan terulang lagi kok yah bu.”
“jangan hanya diucapin, buktikan dengan rajin belajar supaya Kamu itu bisa masuk ke Universitas dan bisa jadi orang yang sukses. Biar gak kaya Ayah ini”
“Iya yah. Toyib akan selalu belajar giat supaya bisa mendapatkan beasiswa lagi”

Berkat nasihat dari kedua orangtuanya itu akhirnya Toyib bersikeras untuk selalu belajar dan membantu orangtuanya. Tidak seperti anak yang lain, yang bisa mendapatkan masa remajanya, Dia bertekad untuk menyelesaikan pendidikannya dan baru memikirkan untuk membentuk hubungan dan membentuk keluarga.


          Kita tahu, Toyib adalah seorang anak yang pintar, cerdas, dan rajin membantu orang tuanya. Setelah sekolah hingga siang hari, Dia melanjutkan aktivitasnya di bengkel milik Ayahnya sambil membawa beberapa pekerjaan rumahnya untuk diselesaikan. Pada suatu hari, berkat kecerdasannya Dia diikutkan oleh sekolahnya di Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat kota pada bidang kimia. Dia adalah salah satu dari 3 orang perwakilan sekolahnya untuk ikut seleksi pada tingkat kota. Dia  bersama Dela dan Nuri. Dela adalah teman sekelasnya di XI A2 sedangkan Nuri masih kelas X. Untuk menghadapi OSN tingkat kota tersebut, mereka dilatih oleh guru-guru kimia yang ada di sekolah mereka. Saat pelatihan, memang kontras Toyib memang jauh lebih unggul dari mereka berdua. Pelatihan yang dilAkukan selama 3 hari tersebut berbuah hasil namun Sayangnya Nuri tidak lolos ke tingkat provinsi. Lagi, mereka mereka yang lolos ke babak berikutnya ini akhirnya dilatih lebih intensif lagi. Yakni dengan seminggu empat kali setelah pulang sekolah, praktis dengan kesibukannya ini Toyib tidak bisa membantu Ayahnya di bengkel setiap hari.

“Yah, Toyib kan lolos ke tingkat provinsi. Jadi diadakan lagi pelatihan rutin selama empat kali seminggu seusai pulang sekolah”
“Ohh gak papa nak. Yang penting bagus buat masa depan Kamu. Ayah bisa saja bekerja di bengkel sendirian. Belajar yang giat nak dan jangan lupa berdoa kepada Allah biar bisa lolos ke tingkat nasional kayak Kamu di SMP dulu”
“Iya pak. Toyib pasti terus berusaha dan berdoa”

Saat pelatihan sambil menunggu guru Pembina datang Dela pun mulai agak berbasa- basi

“Eh Toyib, Kamu waktu SMP katanya juga ikut OSN ya?” Tanya Dela
“Iya del” jawab Toyib
“Bidang apa? katanya sampe nasional ya?”
“Matematika, iya hehe”
“Wiii, kok bisa pindah ke kimia?”
“Gak tau juga, kayaknya kekurangan orang kimia kali di sekolah kita hehe”
“Kan sebaiknya Kamu ikut di matematika soalnya kan udah berpengalaman sampe masuk ke nasional” jelas Toyib
“Iya juga sih, tapi kan di sekolah kita ini sudah terlalu banyak anak yang ikut matematika dan yang kimianya, emmmmm… mungkin kita aja yang suka yah hehehehe”
“Emang kalo disuruh milih Kamu milih apaan?”
“apa aja deh yang penting bisa ikut OSN hehe”
“haha” jawab Dela sambil tertawa

Itulah sedikit obrolan kecil yang dibuat oleh kedua pemuda tersebut untuk mengisi waktu kedatangan guru Pembina. Seraya berjalannya waktu, mereka berdua pun semakin akrab. Pada suatu hari, Guru Pembina mereka tidak bisa hadir selama satu minggu penuh dan satu minggu lagi sudah diadakan perlombaannya.

“Gimana nih yib, bentar lagi kita udah mau hari H nya. Gimana kalo kita bahas-bahas soal yo daripada buang-buang  waktu”
“Bisa juga tuh del, tapi kan kita biasa belajar di rumah Bu guru. Lah sekarang dimana del?”
“Ah gampang aja tu yib. Di rumah Aku aja, kalo gak selang-seling entar di rumah Aku, entarnya lagi dirumah Kamu. Gimana, oke kan?”
“Ah di rumah Kamu aja deh belajarnya jangan di rumah Aku ya? hehe”
“Iya iya hehe. Yu berangkat”

Mereka berdua pun akhirnya belajar di rumah Dela sepanjang minggu tersebut. Mereka pun berdoa, paling tidak salah satu dari mereka bisa mewakili provinsi di tingkat nasional dan acara perlombaannya pun sudah dilAkukan. Tidak lama dari acara tersebut, pengumumannya telah diketahui. Hasilnya Toyib mewakili sekolahnya sekaligus provinsinya di tingkat nasional sedangkan Dela gugur.

“Alhamdulillah Ayah, Ibu, Toyib lolos ke tingkat nasional”
“Iya, Alhamdulillah nak”
“Jadi kapan katanya perlombaan tingkat nasional nya?”
“Rencananya bulan Agustus”
“Dimana itu nak acaranya?”
“Di Palembang bu”
“ke Palembang ya nanti, waktu SMP kemaren Toyib juga berangkat kan, ke mana itu eee….”
“Manado bu”
“Iya Manado, maklum lah nak ibu agak tulalit hehe”
“Ya sudah, belajar lagi ya nak, biar nanti Toyib bisa jadi juara tingkat nasional ya. Amin”
“Iya yah”
“Oya nak, jangan lupa belajar juga ya nak untuk UAS kenaikan kelas Kamu, supaya nilai rapot Kamu tetap stabil, jadi tetap terjaga peluang masuk jalur undangan ya nak”
“Iya bu, akan Toyib usahakan terus”

UAS kenaikan kelas telah usai dan Toyib pun naik ke kelas XII dengan nilai yang memuaskan. Tak lama setelah libur kenaikan usai, kelas pun kembali dibagi. Kebetulan Toyib kembali sekelas dengan Dela. Ya, Dela temannya saat olimpiade kimia.

“Toyib, kita sekelas lagi ternyata haha”
“iya nih del, bosan kayaknya Aku sama Kamu haha”
“gitu banget sih Kamu yib sama Aku”
“becanda aja del hehe”
“bisa juga ya ternyata Kamu becanda ya yib haha”
“hehe”

Saat belajar di sekolah, mereka berdua selalu menjadi satu kelompok sehingga timbul rasa dari Dela maupun Toyib. Walaupun tidak begitu menampakkan rasanya itu, namun Dela yang begitu gencar mendekati Toyib untuk bertanya-tanya tentang diri Toyib pun lah yang menjelaskan bahwa betapa penasarannya Dela tentang diri Toyib.

“Toyib, kita nanti belajar bersama lagi yuk?”
“Bisa, kapan emangnya?”
“Yah kalo malam minggu nanti Kamu boleh gak?”
“Boleh aja kayaknya hehe”
“Ohh yaudah deh nanti Aku tunggu ya hehe”

Malam minggu pun tiba, Dela menunggu kedatangan Toyib di rumahnya. Tanpa menunggu lama akhirnya Toyib pun datang

“Akhirnya datang juga nih si Toyib”
“Hehe iya nih maaf ya, lama ya nunggunya?”
“Enggak kok, gapapa yib, biasa aja”

Mereka belajar di ruang tamu rumah Dela.

“Oh ya del, Ayah sama Ibu Kamu kemana nih? Kok sepi ya?”
“Iya yib, Ayah Aku lagi tugas ke luar kota jadi Ibu Aku nemenin deh tapi mereka udah izinin juga kok”
“Ohh, terus Kamu sama siapa dirumah?”
“Sama Kamu yib”
“Seriusan del?”
“Enggak lah mana Aku berani di rumah sendirian yib. Percaya aja Kamu nih haha. Ada Kakakku, sama Mba Aku”
“Kan Aku cuma nanya del. Ayo kita belajar dulu lah kalo ngobrol terus nanti kapan belajarnya”
“Iya iya deh hehe”

Ditengah-tengah saat belajar, Dela tidak mengerti cara menjawab salah satu soal dan Dia pun bertanya kepada Toyib. Saat Toyib menjelaskan, bukannya mengerti Dia malah melongo menganga terpana melihat Toyib menjelaskan cara menjawabnya dan dalam hatinya pun berkata “sungguh pintar sekali dirimu yib dan wajahmu yang begitu rupawan. Andaikan saja Aku bisa menjadi kekasihmu ya yib tapi apa Kamu mau ya pacaran sama Aku yang tidak begitu pintar?”.

“Del, del, del!!” kejut Toyib mencoba menyadarkan Dela dari lamunannya
“Kenapa Kamu del kok melamun, terlalu panjang ya penjelasan Aku tadi hehe. Maaf maaf”
“Oh enggak kok yib”
“Hoho, lagi mikirin pacarnya kali nih haha”
“Enggak kok yib, Aku aja belum punya pacar”
“Masa Dela yang cantik kayak gini gak ada pacarnya hehe. Yaudah, kita stop aja ya, udah mau ngantuk juga Aku nih hehe”
“Ah bisa aja Kamu nih yib hehe. Yaudah Aku anterin sampe ke depan yah”
“Hehe makasih ya del”
“Iya sama-sama. Oh ya, sukses ya buat OSN tingkat nasionalnya. Jadi juara ya nanti hehe”
“Amin. InsyaAllah ya hehe. Yaudah del Aku pulang ya”
“Iya”

 Dela pun terngiang-terngiang dibuat oleh Toyib. Dia merasa melayang dibilang cantik oleh Toyib tadi. Kayaknya Dela sedang jatuh cinta dengan Toyib. Di lain pihak, Toyib pun agaknya juga merasa jatuh cinta dengan Dela. Karena kebaikan yang dilakukan oleh Dela beberapa waktu terakhir ini, namun Toyib tetap berusaha untuk konsentrasi ke OSN tingkat nasional yang tinggal satu bulan lagi.

Mereka berdua akhirnya jarang bertemu akhir-akhir ini. Toyib akhir-akhir ini lebih sibuk karena Dia dipersiapkan untuk OSN tingkat nasional sehingga setiap malam minggu Toyib tidak bisa lagi ke rumah Dela untuk belajar bersama.

OSN tingkat nasional pun dilaksanakan. Semua wakil dari seluruh provinsi di Indonesia berkumpul semua. Kurang lebih satu minggu acara itu dilaksanakan dan hasilnya akhirnya Toyib berada di posisi 12 sehingga Dia mendapatkan medali perak. Ya Dia mendapatkan medali perak karena aturannya adalah posisi 1-5 mendapatkan medali emas, posisi 6-15 mendapatkan medali perak, sedangkan posisi 16-25 mendapatkan medali perunggu.

Toyib pun berhasil mengharumkan nama sekolahnya dengan prestasinya menyabet medali perak OSN. Ayah dan Ibunya pun sangat bangga memiliki anak yang selalu memiliki segudang prestasi. Dela pun ikut merasa bangga karena teman atau mungkin yang telah menjadi sahabatnya itu telah meraih medali perak OSN.

Seiring berjalannya waktu, kehidupannya kembali seperti kehidupan anak SMA yang lain. Sekarang ini, Dia sedang menyiapkan diri untuk mengahadapi UN yang akan berlangsung pada bulan April nanti dan masih ada sisa 3 bulan. Kegiatan belajar bersamanya dengan Dela pun masih tetap berjalan. Ayah dan Ibunya tetap memberi kebebasannya dalam menjalani aktivitas. Seraya waktu terus berjalan, Dela dan Toyib pun tetap menjadi sahabat di SMA dan tetap memendam rasa cinta di antara mereka berdua. Hingga akhirnya mereka lulus dari SMA dan pengumuman hasil UN telah keluar.

“Yib, berkat Kamu yib, Aku bisa dapat nilai yang memuaskan di UN ini. Aku bisa membuktikannya ke orang tua Aku yib. Makasih ya yib”
“Itu berkat kerja keras Kamu sendiri lo del. Lebay banget sih Kamu hehe”
“Kamu kan nilai UN tertinggi se-provinsi kan ya yib?”
“Iya, Alhamdulillah del”
“Kamu itu kaya manusia sempurna aja ya yib. Udah dapat medali perak di OSN, dapet nilai UN tertinggi se-provinsi, cakep lagi. Siapa sih yang gak mau sama Kamu yib haha”
“Makasih lo del. Ah mana ada yang mau sama Aku ini del hahaha. Oh ya Kamu masuk Universitas apa del?”
“Aku sih kayaknya ke UGM ni yib, ngambil kedokteran apalagi keluarga Aku banyak disana jadi enak. Kalo Kamu yib?”
“Aku udah diterima di UI del. FMIPA, ngambil prodi Kimia”
“Waduhhh, jadi kita kayaknya berpisah ya? Jadi Aku gak bisa belajar sama Kamu lagi dong” Tanya Dela yang sambil menahan tangis.
“Haha, belajar bersama ya…kenangan indah itu del”
“Ah, hehehehe. Sebenarnya sih Aku itu…”
“Kenapa del?” kejut Toyib
“Eh enggak papa hehehe. Yaudah kita udah memilih jalan kita masing-masing. Oh ya nomor Hp Kamu nanti gak akan ganti-ganti kan? Jadi Aku bisa ngasih kabar ke Kamu kalo Aku kangen hehe”
“Iya dong. Oke deh del”

Akhirnya, perasaan mereka tetap saling terpendam

Toyib berhasil menyelesaikan gelar S.Si dalam waktu 3 tahun di FMIPA-UI dan mendapatkan beasiswa untuk mengambil gelar Ph.D di Newcastle, Inggris dan berhasil menyelesaikan selama 5 tahun. Setelah selesai menyelesaikan gelar S2 nya di Inggris, Toyib kembali ke Indonesia dan telah menjadi Dosen di FMIPA Prodi Kimia di Universitas Indonesia. Setelah keberhasilannya menjadi dosen, Dia akhirnya berhasil memberangkatkan Haji kedua orangtuanya dan mengangkat derajat keluarganya dari kemiskinan.

Sedangkan Dela setelah berhasil meraih gelar kedokterannya selama 6 tahun, kembali ke Banjarmasin dan menjadi Dokter Umum di salah satu Rumah Sakit di Banjarmasin.

Suatu hari, sekolahnya, SMA Negeri 1 Banjarmasin mengadakan reuni akbar. Toyib dan Dela pun hadir di sana.

“Eh maaf mas kesenggol, Saya enggak sengaja. Sini biar Saya bersihin”
“Iya gak papa kok mba” sambil membersihkan minuman yang tumpah
“Mba kan, Dela bukan?”
“Iya, Saya Dela. Mas ini, kayaknya Saya kenal”
“Aku del, Toyib, sahabatmu dulu.”
“Ohh iya, Aku ingat. Kamu kesini sama keluargamu ya kayak yang lain?”
“Ohh, Aku belum nikah del hehe. Maklum lah sibuk kuliah hehe. Kalo Kamu sama suami Kamu?”
“Hehe, Aku juga belum berkeluarga yib hehe. Aku kayaknya ketuaan ya hehe”
“Enggak kok del, Kamu tetap cantik anggun kayak dulu kok hehe”
“Ah bisa aja kau ini yib muji-muji hehehe”
“Kamu beneran belum nikah ya del?”
“Iya yib beneran. Aku terlalu fokus sama kuliah jadi gak kepikiran untuk mencari jodoh”
“Ohh, tapi tetap cantik aja kok hehe”
“Ahh Kamu ini yib. Emang Kamu mau sama Aku?”
“Kalo jujur sih Aku masih cinta sama Kamu del sejak kita masih di bangku SMA dulu”
“Beneran yib?”
“Iya del, cuman Aku gak mau pacaran del, pengennya mau nyelesain pendidikan dulu hehehe”
“Ohh, kalo kita jadian malam ini, berarti bisa dong?”
“Asal Kamu mau aja del sama Aku?”
“Aku selalu mencintaimu yib”
“Aku juga del”

Pertemuan di reuni akbar SMA nya tersebut lah yang memberikan takdir bahwa mereka berdua tetap ditakdirkan bersama untuk selamanya. Mereka berdua pun akhirnya menikah tidak lama dari pertemuan mereka malam itu. Mereka berdua akhirnya memiliki dua anak dan hidup di Jakarta karena pekerjaan Toyib yang mengaharuskan tinggal di sana. Dela pun mengambil kuliah untuk mengambil Spesialis Obgyn atau yang lebih dikenal Sp.OG di Jakarta dan toyib pun berencana ingin melanjutkan pendidikan S3 nya lagi ke luar negeri. Mereka pun berkeluarga dan akhirnya hidup bahagia.













-----THE END-----

Tidak ada komentar: