Terdengar suara ayam
berkokok, hewan peliharaan Ayahnya yang membangunkan Muhammad Toyib Nur Rizki
dari tidurnya. Toyib, begitu panggilan akrabnya di lingkungan rumahnya. Toyib
adalah anak tunggal dari Tukang Bengkel (Ayah) dan Penjual sayur (Ibu). Toyib
adalah anak yang selalu mendapatkan prestasi. Di SD, Dia selalu menjadi
peringkat 1 di kelasnya dan mendapatkan beasiswa di SMP selama 3 tahun. Di SMP,
Dia juga selalu menjadi juara kelas dan Dia pun sempat menjadi peserta OSN
(Olimpiade Sains Nasional) bidang Matematika tingkat nasional. Melalui beberapa
juara dalam bidang akademik yang lain, Dia akhirnya bisa mendapatkan beasiswa lagi selama 3 tahun di SMA.
Toyib
memang adalah seorang anak yang cerdas, ramah dan juga selalu membantu orang tuanya.
Toyib sangat beruntung karena dengan beberapa beasiswa yang selalu diterimanya
tersebut Dia akhirnya tidak menyulitkan orang tuanya. Oleh karena beasiswanya
tersebut lah, semua keperluan tentang sekolah ditanggung oleh beasiswanya
tersebut. Mulai dari biaya sekolah sampai penyedian kelengkapan sekolah
ditanggung oleh beasiswanya tersebut. Toyib adalah siswa dari SMA Negeri 1
Banjarmasin yang mayoritas siswanya adalah anak orang-orang yang berduit.
Untungnya, Dia tidak pernah merasa minder.
Pernah
di suatu ketika, Dia dicaci maki oleh temannya saat dikelas X karena
menumpahkan bakso temannya saat di kantin.
“Eh kau, anak tukang sayur, ngapain lu sekolah
disini. Disini itu ya, sekolahnya orang orang kaya, kayak Aku nih haha. Kalo lu
itu gak pantes sekolah disini.” Kata Erwin
“Iya, lu itu gak pantes. Kita ceburin aja Dia
di lubang wc” tambah Rendy
“Jangan jangan win, ren. Ampun. Aku tadi gak
sengaja” pinta Toyib
”Ah omong lu” jawab Erwin
Karena ketidaksengajaannya menumpahkan
makanan Erwin saat di kantin itu sempat menjadikan Dia putus asa di sekolah
tersebut dan ingin pindah sekolah.
“Kamu itu jangan begitu dong Toyib, anakku. Kamu
tau, ‘kan kita itu kurang memiliki uang untuk bisa pindah sekolah, lagipula cuma
sekolahmu yang sekarang itu aja yang mau memberikan beasiswa kepadamu yib” kata
Ibunya
“Iya nak, Kamu itu mesti mengerti tentang
keadaan kita yang sekarang ya nak, masa gara-gara tidak sengaja aja Kamu
langsung minder. Kita itu mesti paham ya nak” tambah Ayahnya
“Iya yah, bu. Maafkan Toyib. Gak akan
terulang lagi kok yah bu.”
“jangan hanya diucapin, buktikan dengan
rajin belajar supaya Kamu itu bisa masuk ke Universitas dan bisa jadi orang
yang sukses. Biar gak kaya Ayah ini”
“Iya yah. Toyib akan selalu belajar giat
supaya bisa mendapatkan beasiswa lagi”
Berkat nasihat dari kedua orangtuanya itu
akhirnya Toyib bersikeras untuk selalu belajar dan membantu orangtuanya. Tidak
seperti anak yang lain, yang bisa mendapatkan masa remajanya, Dia bertekad
untuk menyelesaikan pendidikannya dan baru memikirkan untuk membentuk hubungan
dan membentuk keluarga.
Kita
tahu, Toyib adalah seorang anak yang pintar, cerdas, dan rajin membantu orang tuanya.
Setelah sekolah hingga siang hari, Dia melanjutkan aktivitasnya di bengkel
milik Ayahnya sambil membawa beberapa pekerjaan rumahnya untuk diselesaikan. Pada
suatu hari, berkat kecerdasannya Dia diikutkan oleh sekolahnya di Olimpiade
Sains Nasional (OSN) tingkat kota pada bidang kimia. Dia adalah salah satu dari
3 orang perwakilan sekolahnya untuk ikut seleksi pada tingkat kota. Dia bersama Dela dan Nuri. Dela adalah teman
sekelasnya di XI A2 sedangkan Nuri masih kelas X. Untuk menghadapi OSN tingkat
kota tersebut, mereka dilatih oleh guru-guru kimia yang ada di sekolah mereka.
Saat pelatihan, memang kontras Toyib memang jauh lebih unggul dari mereka
berdua. Pelatihan yang dilAkukan selama 3 hari tersebut berbuah hasil namun Sayangnya
Nuri tidak lolos ke tingkat provinsi. Lagi, mereka mereka yang lolos ke babak
berikutnya ini akhirnya dilatih lebih intensif lagi. Yakni dengan seminggu
empat kali setelah pulang sekolah, praktis dengan kesibukannya ini Toyib tidak
bisa membantu Ayahnya di bengkel setiap hari.
“Yah, Toyib kan lolos ke tingkat provinsi.
Jadi diadakan lagi pelatihan rutin selama empat kali seminggu seusai pulang
sekolah”
“Ohh gak papa nak. Yang penting bagus buat
masa depan Kamu. Ayah bisa saja bekerja di bengkel sendirian. Belajar yang giat
nak dan jangan lupa berdoa kepada Allah biar bisa lolos ke tingkat nasional
kayak Kamu di SMP dulu”
“Iya pak. Toyib pasti terus berusaha dan
berdoa”
Saat pelatihan sambil menunggu guru Pembina
datang Dela pun mulai agak berbasa- basi
“Eh Toyib, Kamu waktu SMP katanya juga ikut
OSN ya?” Tanya Dela
“Iya del” jawab Toyib
“Bidang apa? katanya sampe nasional ya?”
“Matematika, iya hehe”
“Wiii, kok bisa pindah ke kimia?”
“Gak tau juga, kayaknya kekurangan orang
kimia kali di sekolah kita hehe”
“Kan sebaiknya Kamu ikut di matematika
soalnya kan udah berpengalaman sampe masuk ke nasional” jelas Toyib
“Iya juga sih, tapi kan di sekolah kita ini
sudah terlalu banyak anak yang ikut matematika dan yang kimianya, emmmmm…
mungkin kita aja yang suka yah hehehehe”
“Emang kalo disuruh milih Kamu milih apaan?”
“apa aja deh yang penting bisa ikut OSN
hehe”
“haha” jawab Dela sambil tertawa
Itulah sedikit obrolan kecil yang dibuat
oleh kedua pemuda tersebut untuk mengisi waktu kedatangan guru Pembina. Seraya
berjalannya waktu, mereka berdua pun semakin akrab. Pada suatu hari, Guru
Pembina mereka tidak bisa hadir selama satu minggu penuh dan satu minggu lagi
sudah diadakan perlombaannya.
“Gimana nih yib, bentar lagi kita udah mau
hari H nya. Gimana kalo kita bahas-bahas soal yo daripada buang-buang waktu”
“Bisa juga tuh del, tapi kan kita biasa
belajar di rumah Bu guru. Lah sekarang dimana del?”
“Ah gampang aja tu yib. Di rumah Aku aja,
kalo gak selang-seling entar di rumah Aku, entarnya lagi dirumah Kamu. Gimana,
oke kan?”
“Ah di rumah Kamu aja deh belajarnya jangan
di rumah Aku ya? hehe”
“Iya iya hehe. Yu berangkat”
Mereka berdua pun akhirnya belajar di rumah Dela
sepanjang minggu tersebut. Mereka pun berdoa, paling tidak salah satu dari mereka
bisa mewakili provinsi di tingkat nasional dan acara perlombaannya pun sudah
dilAkukan. Tidak lama dari acara tersebut, pengumumannya telah diketahui.
Hasilnya Toyib mewakili sekolahnya sekaligus provinsinya di tingkat nasional
sedangkan Dela gugur.
“Alhamdulillah Ayah, Ibu, Toyib lolos ke
tingkat nasional”
“Iya, Alhamdulillah nak”
“Jadi kapan katanya perlombaan tingkat
nasional nya?”
“Rencananya bulan Agustus”
“Dimana itu nak acaranya?”
“Di Palembang bu”
“ke Palembang ya nanti, waktu SMP kemaren Toyib
juga berangkat kan, ke mana itu eee….”
“Manado bu”
“Iya Manado, maklum lah nak ibu agak tulalit
hehe”
“Ya sudah, belajar lagi ya nak, biar nanti
Toyib bisa jadi juara tingkat nasional ya. Amin”
“Iya yah”
“Oya nak, jangan lupa belajar juga ya nak
untuk UAS kenaikan kelas Kamu, supaya nilai rapot Kamu tetap stabil, jadi tetap
terjaga peluang masuk jalur undangan ya nak”
“Iya bu, akan Toyib usahakan terus”
UAS kenaikan kelas telah usai dan Toyib pun
naik ke kelas XII dengan nilai yang memuaskan. Tak lama setelah libur kenaikan
usai, kelas pun kembali dibagi. Kebetulan Toyib kembali sekelas dengan Dela.
Ya, Dela temannya saat olimpiade kimia.
“Toyib, kita sekelas lagi ternyata haha”
“iya nih del, bosan kayaknya Aku sama Kamu
haha”
“gitu banget sih Kamu yib sama Aku”
“becanda aja del hehe”
“bisa juga ya ternyata Kamu becanda ya yib
haha”
“hehe”
Saat belajar di sekolah, mereka berdua
selalu menjadi satu kelompok sehingga timbul rasa dari Dela maupun Toyib.
Walaupun tidak begitu menampakkan rasanya itu, namun Dela yang begitu gencar
mendekati Toyib untuk bertanya-tanya tentang diri Toyib pun lah yang
menjelaskan bahwa betapa penasarannya Dela tentang diri Toyib.
“Toyib, kita nanti belajar bersama lagi
yuk?”
“Bisa, kapan emangnya?”
“Yah kalo malam minggu nanti Kamu boleh
gak?”
“Boleh aja kayaknya hehe”
“Ohh yaudah deh nanti Aku tunggu ya hehe”
Malam minggu pun tiba, Dela menunggu
kedatangan Toyib di rumahnya. Tanpa menunggu lama akhirnya Toyib pun datang
“Akhirnya datang juga nih si Toyib”
“Hehe iya nih maaf ya, lama ya nunggunya?”
“Enggak kok, gapapa yib, biasa aja”
Mereka belajar di ruang tamu rumah Dela.
“Oh ya del, Ayah sama Ibu Kamu kemana nih?
Kok sepi ya?”
“Iya yib, Ayah Aku lagi tugas ke luar kota
jadi Ibu Aku nemenin deh tapi mereka udah izinin juga kok”
“Ohh, terus Kamu sama siapa dirumah?”
“Sama Kamu yib”
“Seriusan del?”
“Enggak lah mana Aku berani di rumah
sendirian yib. Percaya aja Kamu nih haha. Ada Kakakku, sama Mba Aku”
“Kan Aku cuma nanya del. Ayo kita belajar
dulu lah kalo ngobrol terus nanti kapan belajarnya”
“Iya iya deh hehe”
Ditengah-tengah saat belajar, Dela tidak
mengerti cara menjawab salah satu soal dan Dia pun bertanya kepada Toyib. Saat
Toyib menjelaskan, bukannya mengerti Dia malah melongo menganga terpana melihat
Toyib menjelaskan cara menjawabnya dan dalam hatinya pun berkata “sungguh pintar
sekali dirimu yib dan wajahmu yang begitu rupawan. Andaikan saja Aku bisa
menjadi kekasihmu ya yib tapi apa Kamu mau ya pacaran sama Aku yang tidak
begitu pintar?”.
“Del, del, del!!” kejut Toyib mencoba
menyadarkan Dela dari lamunannya
“Kenapa Kamu del kok melamun, terlalu
panjang ya penjelasan Aku tadi hehe. Maaf maaf”
“Oh enggak kok yib”
“Hoho, lagi mikirin pacarnya kali nih haha”
“Enggak kok yib, Aku aja belum punya pacar”
“Masa Dela yang cantik kayak gini gak ada
pacarnya hehe. Yaudah, kita stop aja ya, udah mau ngantuk juga Aku nih hehe”
“Ah bisa aja Kamu nih yib hehe. Yaudah Aku
anterin sampe ke depan yah”
“Hehe makasih ya del”
“Iya sama-sama. Oh ya, sukses ya buat OSN
tingkat nasionalnya. Jadi juara ya nanti hehe”
“Amin. InsyaAllah ya hehe. Yaudah del Aku
pulang ya”
“Iya”
Dela pun terngiang-terngiang dibuat oleh
Toyib. Dia merasa melayang dibilang cantik oleh Toyib tadi. Kayaknya Dela
sedang jatuh cinta dengan Toyib. Di lain pihak, Toyib pun agaknya juga merasa
jatuh cinta dengan Dela. Karena kebaikan yang dilakukan oleh Dela beberapa
waktu terakhir ini, namun Toyib tetap berusaha untuk konsentrasi ke OSN tingkat
nasional yang tinggal satu bulan lagi.
Mereka berdua
akhirnya jarang bertemu akhir-akhir ini. Toyib akhir-akhir ini lebih sibuk
karena Dia dipersiapkan untuk OSN tingkat nasional sehingga setiap malam minggu
Toyib tidak bisa lagi ke rumah Dela untuk belajar bersama.
OSN tingkat nasional
pun dilaksanakan. Semua wakil dari seluruh provinsi di Indonesia berkumpul
semua. Kurang lebih satu minggu acara itu dilaksanakan dan hasilnya akhirnya
Toyib berada di posisi 12 sehingga Dia mendapatkan medali perak. Ya Dia mendapatkan
medali perak karena aturannya adalah posisi 1-5 mendapatkan medali emas, posisi
6-15 mendapatkan medali perak, sedangkan posisi 16-25 mendapatkan medali
perunggu.
Toyib pun berhasil
mengharumkan nama sekolahnya dengan prestasinya menyabet medali perak OSN. Ayah
dan Ibunya pun sangat bangga memiliki anak yang selalu memiliki segudang
prestasi. Dela pun ikut merasa bangga karena teman atau mungkin yang telah
menjadi sahabatnya itu telah meraih medali perak OSN.
Seiring berjalannya
waktu, kehidupannya kembali seperti kehidupan anak SMA yang lain. Sekarang ini,
Dia sedang menyiapkan diri untuk mengahadapi UN yang akan berlangsung pada
bulan April nanti dan masih ada sisa 3 bulan. Kegiatan belajar bersamanya
dengan Dela pun masih tetap berjalan. Ayah dan Ibunya tetap memberi
kebebasannya dalam menjalani aktivitas. Seraya waktu terus berjalan, Dela dan
Toyib pun tetap menjadi sahabat di SMA dan tetap memendam rasa cinta di antara
mereka berdua. Hingga akhirnya mereka lulus dari SMA dan pengumuman hasil UN
telah keluar.
“Yib, berkat Kamu yib, Aku bisa dapat nilai
yang memuaskan di UN ini. Aku bisa membuktikannya ke orang tua Aku yib. Makasih
ya yib”
“Itu berkat kerja keras Kamu sendiri lo del.
Lebay banget sih Kamu hehe”
“Kamu kan nilai UN tertinggi se-provinsi kan
ya yib?”
“Iya, Alhamdulillah del”
“Kamu itu kaya manusia sempurna aja ya yib.
Udah dapat medali perak di OSN, dapet nilai UN tertinggi se-provinsi, cakep
lagi. Siapa sih yang gak mau sama Kamu yib haha”
“Makasih lo del. Ah mana ada yang mau sama Aku
ini del hahaha. Oh ya Kamu masuk Universitas apa del?”
“Aku sih kayaknya ke UGM ni yib, ngambil
kedokteran apalagi keluarga Aku banyak disana jadi enak. Kalo Kamu yib?”
“Aku udah diterima di UI del. FMIPA, ngambil prodi Kimia”
“Aku udah diterima di UI del. FMIPA, ngambil prodi Kimia”
“Waduhhh, jadi kita kayaknya berpisah ya?
Jadi Aku gak bisa belajar sama Kamu lagi dong” Tanya Dela yang sambil menahan
tangis.
“Haha, belajar bersama ya…kenangan indah itu
del”
“Ah, hehehehe. Sebenarnya sih Aku itu…”
“Kenapa del?” kejut Toyib
“Eh enggak papa hehehe. Yaudah kita udah
memilih jalan kita masing-masing. Oh ya nomor Hp Kamu nanti gak akan
ganti-ganti kan? Jadi Aku bisa ngasih kabar ke Kamu kalo Aku kangen hehe”
“Iya dong. Oke deh del”
Akhirnya, perasaan mereka tetap saling
terpendam
Toyib berhasil
menyelesaikan gelar S.Si dalam waktu 3 tahun di FMIPA-UI dan mendapatkan
beasiswa untuk mengambil gelar Ph.D di Newcastle, Inggris dan berhasil
menyelesaikan selama 5 tahun. Setelah selesai menyelesaikan gelar S2 nya di
Inggris, Toyib kembali ke Indonesia dan telah menjadi Dosen di FMIPA Prodi
Kimia di Universitas Indonesia. Setelah keberhasilannya menjadi dosen, Dia
akhirnya berhasil memberangkatkan Haji kedua orangtuanya dan mengangkat derajat
keluarganya dari kemiskinan.
Sedangkan Dela
setelah berhasil meraih gelar kedokterannya selama 6 tahun, kembali ke
Banjarmasin dan menjadi Dokter Umum di salah satu Rumah Sakit di Banjarmasin.
Suatu hari,
sekolahnya, SMA Negeri 1 Banjarmasin mengadakan reuni akbar. Toyib dan Dela pun
hadir di sana.
“Eh maaf mas kesenggol, Saya enggak sengaja.
Sini biar Saya bersihin”
“Iya gak papa kok mba” sambil membersihkan
minuman yang tumpah
“Mba kan, Dela bukan?”
“Iya, Saya Dela. Mas ini, kayaknya Saya
kenal”
“Aku del, Toyib, sahabatmu dulu.”
“Ohh iya, Aku ingat. Kamu kesini sama keluargamu
ya kayak yang lain?”
“Ohh, Aku belum nikah del hehe. Maklum lah
sibuk kuliah hehe. Kalo Kamu sama suami Kamu?”
“Hehe, Aku juga belum berkeluarga yib hehe. Aku
kayaknya ketuaan ya hehe”
“Enggak kok del, Kamu tetap cantik anggun
kayak dulu kok hehe”
“Ah bisa aja kau ini yib muji-muji hehehe”
“Kamu beneran belum nikah ya del?”
“Iya yib beneran. Aku terlalu fokus sama
kuliah jadi gak kepikiran untuk mencari jodoh”
“Ohh, tapi tetap cantik aja kok hehe”
“Ahh Kamu ini yib. Emang Kamu mau sama Aku?”
“Kalo jujur sih Aku masih cinta sama Kamu
del sejak kita masih di bangku SMA dulu”
“Beneran yib?”
“Iya del, cuman Aku gak mau pacaran del,
pengennya mau nyelesain pendidikan dulu hehehe”
“Ohh, kalo kita jadian malam ini, berarti
bisa dong?”
“Asal Kamu mau aja del sama Aku?”
“Aku selalu mencintaimu yib”
“Aku juga del”
Pertemuan di reuni akbar SMA nya tersebut
lah yang memberikan takdir bahwa mereka berdua tetap ditakdirkan bersama untuk
selamanya. Mereka berdua pun akhirnya menikah tidak lama dari pertemuan mereka
malam itu. Mereka berdua akhirnya memiliki dua anak dan hidup di Jakarta karena
pekerjaan Toyib yang mengaharuskan tinggal di sana. Dela pun mengambil kuliah
untuk mengambil Spesialis Obgyn atau yang lebih dikenal Sp.OG di Jakarta dan
toyib pun berencana ingin melanjutkan pendidikan S3 nya lagi ke luar negeri.
Mereka pun berkeluarga dan akhirnya hidup bahagia.
-----THE END-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar